Jumat, 03 Desember 2010

Kisah Musa a.s Bertani Gandum

Musa a.s adalah seorang nabi besar, seorang dari ulul azmi, pemimpin bani Israil dan orang yang diajak berbincang oleh Allah AWJ (Kalamullah). Salah satu yang menyebabkan beliau bisa mendapatkan kedudukan yang sedemikian mulia itu adalah kecintaannya pada ilmu dan pengetahuan. Beliau senang belajar, bertafakkur dan bertanya tentang segala rahasia alam semesta.

Suatu kali, didorong rasa ingin tahunya yang besar beliau ingin berdialog dengan TuhanNya.
" Ya Rabbku, izinkan aku bertanya kepadaMu tentang sesuatu hal yang mengganggu pikiran dan benakku " pinta Musa a.s dalam munajatnya " Tanyakanlah Wahai Musa, sesungguhnya engkau diizinkan untuk itu" Jawab Allah Rabbul 'Alamiin, dan Dia sesungguhnya lebih mengetahui akan isi benak Musa, akan tetapi Dia ingin memberikan pelajaran bagi Musa dan ummat setelahnya.
" Ya Rabbku, aku mengetahui bahwa tidak ada sesuatu pun yang ada di jagad ini melainkan adalah buah kuasaMu semata, dan aku pula mengetahui bahwa adalah kasih sayangMu adalah meliputi segala makhluk, akan tetapi wahai Rabbku, apakah sebabnya engkau menyiksa sebagian makhlukMu (jin dan manusia) dengan membakarnya dalam api neraka ? "
" Wahai Musa, Aku akan menjawabnya, akan tetapi aku memintamu untuk bertani dahulu, tanamlah gandum hingga ia dapat dipanen"
Musa yang belum memahami sepenuhnya maksud Tuhannya tetap menjalankan titah tersebut dengan kelapangan dada. Beliau mengetahui bahwa Allah tengah mendidiknya dengan kalam dan perbuatan, dan adalah Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Akhirnya Musa a.s pun bertani gandum. Minggu pertama dipilihnya benih-benih yang unggul lagi berkualitas untuk kemudian dia tebar dengan teratur. Minggu selanjutnya benih yang mulai tumbuh subur dipindahkannya dengan hati-hati ke ladang gandum yang subur yang telah diolahnya terlebih dahulu.
Nabi Musa a.s merawat tanaman itu selayaknya membesarkan anak sendiri, beliau merawatnya dengan tekun, mengairi dan memupuknya dengan teratur, memperhatikan pertumbuhannya dengan cermat, menjaganya dari segala hama dan binatang pengganggu. Siang malam beliau habiskan untuk menjaga tanamannya agar tumbuh optimal dan menghasilkan.
Tiada terasa, genap sudah 6 bulan beliau bertanam gandum, hari ini tiba waktunya beliau memanen.
Dengan dibantu oleh beberapa ummatnya, beliau memanen gandum yang begitu berlimpah hasilnya.
Betapa gembira hatinya, teriring syukur yang mendalam pada Tuhannya atas karunia yang mengagumkan itu. Suka cita beliau bukan hanya karena hasil panen yang begitu berlimpah, akan tetapi karena telah dekat waktu turunnya wahyu yang akan menjawab pertanyaan yang menggantung dalam benaknya sejak 6 bulan silam.
Sesudah memanen beliau pisahkan hasil yang baik dan yang buruk, yang buruk kemudian dikumpulkan menjadi satu gundukan bersama batang-batang gandum serta bagian lain yang tiada berguna.
Sebagaimana kebiasaan para petani, segala jerami, batang, daun serta bagian lain yang tidak bermanfaat kemudian dibakar hingga kering. Hasil pembakaran berupa arang itu kemudian disebar dan diaduk beserta tanah. Hal itu karena sisa sekam bermanfaat bagi peningkatan kesuburan tanah yang kekurangan unsur hara sehabis dipanen.

Tiada terasa hari telah sore, dan acara panen telah selesai. Musa beserta sahabatnya memabawa hasil panen dengan memasukkannya kedalam kemasan terbaik untuk kemudian akan disimpan di tempat yang aman lagi bagus. Selesai acara memanen itu, Musa bersuci untuk kemudian shalat dan bermunajat pada TuhanNya di kegelapan malam.
"Duhai Rabbku yang Maha Pemurah, sungguh telah kutunaikan perintahMu, maka sudilah kiranya Engkau terangkan padaKu akan hikmah dan hakikatnya.
"Wahai Musa, sungguh Aku telah memuliakanmu dengan kenabian dan keutamaan berbincang denganKu, maka coba jelaskan kepadaku ketika engkau memanen tadi, mengapakah engkau tega membakar sisa panenanmu itu?"
"Ya Tuhanku, sesungguhnya sisa itu tiada berguna lagi, justru ia bermanfaat bagi kesuburan tanah bila dibakar dan disebar"
"Mengapa begitu Musa, bukankah engkau
memperlakukan segala tanaman itu selayaknya buah hatimu sendiri. Engkau pilih mereka yang siap ditanam, engkau airi dengan cermat dan memberi pupuk dengan teratur, engkau pula menjaganya dari segala hama dan binatang pengganggu, engkau memperhatikannya dengan segala kasih sayangmu.
Akan tetapi, betapa tega hatimu ya Musa melenyapkan bagian yang tiada berguna dengan membakarnya, apakah engkau tiada menyukainya lagi ?"
" Wahai Tuhanku, sungguh bukan demikian maksudku, akan tetapi bagaimanakah hamba bisa memanfaatkan sisa sekam dan jerami itu, dimakan tiada dapat, diberi ternak pun tiada sehat. Justru dengan dibakar dan menjadi abu, dia bermanfaat bagi kami semua "
" Wahai Musa, sungguh pertanyaanmu dahulu terjawab sudah. Maka sesungguhnya bukan karena pilih kasihKu pada sebagian hambaKu, akan tetapi pantaskah sesuatu yang mulia lagi bermanfaat dikumpulkan dengan hal yang tiada berguna lagi hina. Sungguh telah Aku muliakan anak cucu adam di segala penjuru bumi, Aku penuhi mereka dengan kenikmatan dan rezeki tiada tara, Aku lindungi mereka dengan segala kasih sayangKu dari segala mara bahaya. Akan tetapi sedikit sekali diantara kalian yang bersyukur kepadaKu, justru kalian memilih menjauh dari rahmat dan petunjukKu sembari memalingkan wajah. Maka menempatkan mereka di nerakaKu adalah bentuk kasih sayangKu yang terakhir bagi mereka, agar mereka setidaknya mampu bermanfaat meskipun menjadi arang dan abu yang hina"
Maka Musa a.s serta merta bersujud dengan airmata yang deras membanjiri tempat sujudnya.
Sungguh jawaban yang dia cari selama ini, ada di depan matanya.
_______________________________________________________
Betapa sering kita menyalahkan Allah atas segala kesialan dan problema kita, Tuhan yang tidak adil, Tuhan yang pilih kasih, Tuhan yang tiada peduli, demikianlah hujat dan caci kita kepadaNya, akan tetapi pernahkah kita bertanya mengapa pula kita memilih menjadi jerami tiada berguna dan bukan biji gandum yang penuh manfaat ?
Selagi sempat dan nafas masih mengiring hayat, mari tekadkan diri untuk terus bermanfaat bagi sesama hingga masa panen tiba, dan kita berkumpul bersama dalam jamuanNya yang mulia dalam syurga yang mempesona.