Rabu, 26 Mei 2010

MANAQIB AL-QUTB HABIB SHOLEH BIN MUHSIN AL-HAMID TANGGUL, JEMBER (I)

Beliau adalah salah seorang guru dari Tuan Guru Sekumpul.
diceritakan oleh teman saya yang berziarah ke Qubah Beliau di Jember, kemudian yang jaga maqam beliau adalah anak Beliau, dalam perbincangan dikatakan oleh anak Habib Sholeh bahwa Guru Sekumpul sering berkunjung ke Habib Sholeh untuk belajar. Bahkan ada syair qasidah yang dibawakan oleh Guru Sekumpul adalah karangan al-Qutb Habib Sholeh bin Muhsin al-Hamid r.anhu.
==========================================
Doanya Selalu Terkabul

Habib yang satu ini doanya sangat terkenal selalu terkabul dan orang yang sangat disegani dan dicintai. Dialah Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid, atau yang terkenal dengan panggilan Habib Habib Sholeh Tanggul (Jember)
Doa dari habib yang satu ini memang penuh rasa keikhlasan dan tidak tercampur sedikitpun dengan urusan duniawiyah. Wajarlah, bila setiap doa yang ia panjatkan sangat cepat dikabulkan oleh Allah SWT. Dialah Habib Sholeh bin Mukhsin Al-Hamid atau yang biasa dikenal dengan sebutan Habib Sholeh Tanggul.
Mengenai resep agar doanya cepat terkabul, pernah suatu ketika ada orang bertanya, "Ya, Habib Sholeh. Apa sih kelebihan ibadah Habib Sholeh yang tidak orang lain lakukan, sehingga doa Habib Sholeh cepat terkabul?"
Habib Sholeh menjawab, "Mau tahu rahasianya?"
"Saya tidak pernah menaruh pispot di kepala saya."
Orang itu bertanya kembali,"Apa maksudnya ya Habib?" tanya balik orang itu kepada Habib Sholeh.
"Menaruh pispot di kepala mu dalam beribadah. Artinya, janganlah membanggakan dunia. Janganlah bersaranakan dunia dengan beribadah."
Dunia kata pujangga adalah permainan, karena itu harus dipermainkan. Jangan kita dipermainkan.
"Contohnya bagaimana ya Habib?"
"Pispot walaupun terbuat dari emas murni yang terbaik di dunia dan bertahtakan intan berlian yang terbaik. Kalau dibuat topi, tetap akan membuat malu," kata Habib Sholeh.
"Maksudnya?"
"Kalau orang mau membanggakan dunia, bermodalkan dunianya. Semisal untuk membanggakan diri tujuannya untuk mencari dunia, lihat saja orang itu akan terjerembab oleh dunia. Karena amal orang itu dipamer-pamerin…," terang Habib Sholeh. Selain itu, kata Habib Sholeh jangan melakukan dosa syirik.
Habib Ali Bin Abdurrahman Al-Habsyi (Habib Ali Kwitang) juga pernah bertanya kepada Habib Sholeh, "Wahai Habib Sholeh, engkau adalah orang yang doanya selalu terkabulkan dan engkau sangat dicintai oleh Tuhanmu dan segala permohonanmu selalu dikabulkan."
Maka, Habib Sholeh pun menjawab, "Bagaimana tidak, sedangkan aku belum pernah melakukan hal yang membuat Allah murka - tidak pernah melanggar aturan Allah."
Demikianlah Habib Sholeh Tanggul memberikan beberapa resep agar doa-doa yang dipanjatkan, cepat terkabul. Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid sendiri lahir di Korbah, Ba Karman (Wadi Amd) Hadramaut pada tahun 1313 H. Ayahnya adalah Habib Muksin bin Ahmad yang terkenal dengan sebutan Al-Bakry Al-Hamid, seorang yang saleh dan wali yang arif dan dicintai serta dihormati oleh masyarakatnya. Banyak orang yang datang kepadanya untuk bertawasul dan memohon doa demi tercapainya segala hajat mereka. Ibundanya seorang wanita shalihah bernama Aisyah dari keluarga Alabud Ba Umar dari Masyayikh Alamudi.
Habib Sholeh memulai mempelajari kitab suci Al-Quran dari seorang guru yang bernama Said Ba Mudhij, di Wadi Amd, yang juga dikenal sebagai orang saleh yang tiada henti-hentinya berzikir kepada Allah Swt. Sedangkan ilmu fikih dan tasawuf ia pelajari dari ayahnya sendiri, Habib Muksin Al-Hamid. Sewaktu kecil Habib Sholeh sebagaimana teman sebayanya, pernah menggembala kambing. Selain itu, ia ternyata mempunyai hobi menembak dengan senapan angin. Bahkan kemampuannya, bisa dikatakan luar biasa, karena ia dikenal sebagai penembak yang jitu.
Pada usia 26 tahun, tepatnya pada bulan keenam tahun 1921 M, dengan ditemani Assyaikh Al-Fadil Assoleh Salim bin Ahmad Al-Asykariy, Habib Sholeh meninggalkan Hadramaut menuju Indonesia. Mereka berdua sempat singgah di Gujarat (India) beberapa waktu, kemudian baru ke Jakarta. Kemudian sepupu beliau, Habib Muksin bin Abdullah Al-Hamid, seorang panutan para saadah atau masyarakat, mengajaknya singgah di kediamannya di Lumajang.
Ia menetap di Lumajang untuk beberapa saat. Kemudian pindah ke Tanggul (Jember) dan akhirnya menetap di desa ini. Pada suatu saat ia melakukan uzlah, mengasingkan diri dari manusia, selama lebih dari tujuh tahun. Selama itu pula ia tidak menemui seorang pun dan tidak seorang pun manusia menemuinya.
Dalam khalwatnya itu, ia banyak membaca Al-Quran dan kitab Dalailul Khoirat yang berisi selawat dan salam kepada Sayyidis Sadad SAW, aku bertemu dengan Rasulullah yang memancarkan sinar dari wajahnya yang mulia."
Hingga tibalah di akhir masa khalwat, datang Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf kepadanya dan memberikan satu sorban hijau dengan mengatakan, "Ya Habib Sholeh, datang kepadaku Rasulullah SAW dan mengutusku untuk menyerahkan sorban hijau ini. Ini adalah pertanda kewalian qutb (kutub) atasku jatuh ke pundakmu," kata Habib Abu Bakar sambil menyematkan sorban hijau itu ke pundak Habib Sholeh.
Habib Sholeh saat itu merasa dirinya kecil dan belum pantas, maka ia bertanya, "Pantaskah saya menerima anugrah Allah SWT yang sedemikian besar ini? Mampukah saya mengembannya?"
Dalam khalwatnya, ia menangis terus dan tidak pernah keluar dari kamarnya dan minta petunjuk kepada Allah SWT. Saat itu rumahnya masih sangat sederhana terbuat dari bilik bambu. Padahal sudah banyak habaib, saudara, orang-orang kaya datang kepadanya untuk membongkar rumahnya, tapi beliau tidak pernah mau. Alasannya, "Jangan dibetulkan! Jangan diapa-apakan! Biarkan saja, saya takut Rasulullah SAW tidak datang lagi ke tempat ini. Saya setiap hari berjamaah shalat lima waktu dengan Rasulullah SAW di rumah ini. Jangan dibongkar rumah ini," tampik Habib Sholeh setiap ditawari oleh orang lain.
Khalwatnya itu berlangsung selama kurang lebih tujuh tahun. Hingga suatu saat ia mendapat isyarat dari Rasulullah SAW agar menziarahinya di Madinah. Ketika ia mengutarakan maksud dan tujuannya akan berangkat ke Baitul Makkah dan Madinah, banyak orang yang mau ikut.
Tapi, beliau tidak dengan banyak orang akhirnya, kemudian berangkat ke Mekkah. Saat ia ke Mekkah itulah, Habib Muhammad bin Husein Al-Hamid (Labor, Pasar Minggu-Abah Umar ). sehingga pulang, ia tidak marah-marah lagi.
Ketika ditanya oleh banyak orang, Habib Sholeh dengan tersenyum menjawab, "Sebelum rumah ini dibangun saya telah diberitahu oleh Rasulullah SAW dan biarkan rumah ini dibangun."
Sebuah pertanda, Habib Sholeh Al-Hamid telah dipandang mampu mengemban amanah dan dipercaya menyandang khilafah kenabian serta untuk menebarkan kemanfaatan kepada umat manusia.
Lalu menyuruhnya datang ke kediamannya di Gresik. Sesampainya di rumah, ia menyuruh Habib Sholeh Hamid mandi di jabiyah - kolam mandi yang khusus - miliknya. Setelah itu, sang guru memberinya mandat dan ijazah dengan memakaikan jubah imamah dan sorban kepadanya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar